Ibu mencintaiku. Katanya cintanya padaku
melebihi cintanya kepada kambing-kambingnya. Tapi aku tidak percaya, aku selalu
merasa ibu lebih mencintai kambing-kambing peliharannya daripada mencintaiku
yang jelas-jelas adalah anaknya. Perasaan memang selalu lebih kuat ketimbang
akal sehat tapi sebaliknya perasaanlah yang lebih sering melakukan kesalahan
ketimbang akal sehat. Aku memiliki sebuah kesalahan karena perasaan, kesalahan
yang membuatku selalu merasa buruk dimata rinduku kepada ibu.
Aku tak tahu benar kapan pertama kali ibu
punya kambing dan dengan berapa ekor kambing dirinya mulai membaktikan diri
kepada hewan yang terkenal bau karena takut air tersebut. Ketika aku umur 5
tahun, aku sudah mendapati halaman belakang kami yang luas penuh dengan
kambing. Ibu bilang dia membeli beberapa ekor kambing ketika ayah meninggal.
Aku tidak sepenuhnya percaya dengan cerita itu, sebab aku merasa ibu telah
hidup beratus-ratus tahun dengan kambing-kambing peliharannya hingga memiliki
rasa sayang yang lebih sering kuanggap sebagai bentuk ketidakadilannya
kemudian. Tapi bahwa adapun cerita itu benar adanya, entang berapa jumlah yang
dibelinya pertama kali ibu tidak pernah menceritakannya.